Sabtu, 16 Maret 2024

Kesimpulan dan Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru Modul 1.1

 


                      Kesimpulan dan Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru Modul 1.1


Kesimpulan

Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan  (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai amggota masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya.

Ki Hajar Dewantara memberikan pemikirannya tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu  hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Peran Pendidik diibaratkan seorang Petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk  kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu  tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.

Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran sekarang, kita harus bekali siswa dengan kecakapan Abad 21. Budi pekerti sebagai  pendidikan karater di sekolah juga harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran yang kita lakukan sebagai guru. Guru harus senantiasa memberikan teladan yang baik bagi siswa-siswanya dalam mengembangkan budi pekerti. Kita juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti/akhlak mulia kepada anak.


Refleksi

Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya percaya bahwa dengan tindakan-tindakan tegas dan menghukum  siswa bisa merubah perilakunya. Tapi perubahan yang terjadi cuma didasari oleh rasa takut dan bersifat sementara, bukan atas kesadaran pribadinya. Saya belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering marah-marah ketika ada anak yang lamban dalam satu pelajaran. Belum banyak memberikan model-model pembelajaran yang  menyenangkan bagi anak.

Setelah mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, pemikiran yang berubah dari saya adalah bahwa saya harus memberikan tuntunan kepada anak didik dengan lebih sabar dan ikhlas, karena mereka masing-masing unik dan berbeda. Tidak perlu memberikan hukuman yang sifatnya tidak mendidik, memberikan teladan agar mereka bisa melihat dan menirunya. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka dengan mencoba berbagai macam model pembelajaran.

Yang segera bisa saya terapkan dari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah tidak memberikan hukuman-hukuman kepada siswa, lebih sabar dalam membimbing, mengenali lebih dalam karakter dan latar belakang siswa (keluarga/lingkungan) dengan menjalin komunikasi dengan orang tuanya, hal ini bisa dilakukan dengan kunjungan rumah atau home visit. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa melalui pemilihan media pembelajaran yang bervariasi baik berupa gambar, video maupun audio, atau pembelajaran yang berbasis permainan (game based learning).

Demikian kesimpulan dan refleksi saya tentang Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara. Terima kasih.

Winardi (A10.05 rekognisi BBGP Jateng)

Jumat, 15 Maret 2024

Refleksi Kritis Pemikiran Ki Hajar Dewantara, Harapan dan Ekspektasi

 

Refleksi Kritis Pemikiran Ki Hajar Dewantara, Harapan dan Ekspektasi

Oleh : Winardi

Refleksi Kritis Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan  (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai amggota masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. 

Filosofi KHD yang kedua berkaitan dengan dasar-dasar pendidikan yang “menuntun”. KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Disinilah peran pendidik sebagai sumber energi yang baik untuk anak-anak. Dalam konsep energi, setiap anak memiliki energinya masing-masing. Sehingga pendidik dapat mengubah bentuk energi tertentu menjadi energi lain yang lebih baik dan bermanfaat.

Konsep pemikiran-pemikiran filosofis KHD ketiga sangat relevan dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang mengiringi kehidupan anak-anak. Artinya pendidikan yang diberikan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan atau potensi anak. Selain itu juga harus mengikuti perkembangan zaman. Sama hal nya dengan perkembangan energi, dari lingkungan kemudian diubah sesuai dengan kebutuhan perkembangan zaman. Pendidik harus mampu memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak pada zamannya dengan memperhatikan potensi dirinya.  Salah satunya dengan menerapkan pendidikan abad ke-21 sesuai konteks lokal (budaya) atau local wisdom di tempat asal seperti budaya “Sedekah Laut ” di daerah Cilacap.

Filosofi pendidikan KHD yang ke empat yaitu tentang Budi Pekerti. budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Proses pendidikan KHD disini menekankan 3 hal utama yaitu melatih panca indra, kehalusan budi pekerti dan kecerdasan. Menurut beliau pendidikan harus seimbang antara cipta, rasa dan karsa. Pengembangan karakter atau budi pekerti tidak dapat tercipta begitu saja, harus melalui pembiasaan-pembiasaan, baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakatnya.

Dari pemikiran KHD dapat dipetik relevansi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara sebagai berikut :

1.  Pendidikan untuk Semua

Ki Hadjar Dewantara memperjuangkan pendidikan yang inklusif dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Hal ini tetap relevan, terutama dalam upaya mengurangi kesenjangan pendidikan di Indonesia.

2.   Pengembangan Potensi Individu

Pemikiran Ki Hadjar tentang pengembangan potensi individu masih sangat relevan. Pendidikan saat ini harus mengakui dan mendukung keunikan setiap siswa, bukan hanya menghasilkan lulusan yang homogen.

3. Pendidikan sebagai Proses, Bukan Hanya Hasil

Ki Hadjar Dewantara melihat pendidikan sebagai proses pembelajaran seumur hidup, bukan hanya tentang hasil akademis. Hal ini sesuai dengan tuntutan zaman saat ini, di mana pembelajaran berkelanjutan menjadi kunci dalam menghadapi perubahan yang cepat.

 

Sebagai guru saya belum sepenuhnya memiliki kemerdekaan dalam menjalan tugas aktivitas sebagai guru,  terutama menyangkut kelembagaan dan regulasi kepegawaian. tetapi dalam hal interaksi dengan murid saya sudah menemukan perubahan pemikiran seperti

Murid bukanlah kertas kosong, melainkan kertas yang masih buram tinta yang tergores di dalamnya. Disinilah peran guru bagaimana menebalkan tinta buram tersebut menjadi tulisan yang jelas terbaca. Artinya, pada hakikatnya setiap murid telah memiliki bekal pengetahuan dan kemampuannya sendiri, namun potensi yang ada tersebut perlu penulis latih dan kembangkan hingga mereka menguatkan kodratnya dengan baik.

Murid yang tidak datang tepat waktu ke sekolah bukan berarti mereka tidak memiliki tekad yang kuat dalam belajar. Disinilah penulis mulai mecoba untuk dapat memahami kondisi murid, apa yang mereka hadapi dan alami dalam kehidupannya, karena peran pendidik tidak melulu tentang mengajarkan materi, melainkan mendampingi setiap proses tumbuh kembangnya laku anak agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Tidak semua murid memiliki kemampuan dan kecepatan yang sama dalam memahami sesuatu. Disinilah penulis mulai mencoba untuk mengelola pembelajaran agar setiap murid dapat melaluinya sesuai dengan kemampuan dan gaya belajarnya, memberi mereka ruang kreativitas belajar yang berbeda, hingga akhirnya mereka menemukan sendiri arti merdeka belajarnya.

Guru bukanlah sumber utama atau satu-satunya tentang pembelajaran. Disinilah penulis mulai mengeksplorasi beberapa sumber informasi yang dapat mereka gunakan. Artinya, pendidik sebagai pamong yang menuntun dan mengarahkan segala potensi yang ada pada diri murid menjadi hal yang akan bermanfaat untuk kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.

Setiap murid memiliki kebutuhan belajarnya masing-masing. Disinilah penulis mulai mencoba memahami apa yang sebenarnya mereka harapkan setelah melalui proses belajar bersama dengan penulis.

Harapan dan Ekspektasi

Setelah mempelajari modul ini berharap kedepannya lebih meningkatkan kualitas diri, menciptakan ide-ide kreatif inovatif, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan melaksanakan pembelajaran berpusat pada murid dan menekan konsep belajar konstektual sehingga murid dapat mandiri dalam kehidupan sehari-hari. Harapan yang ingin saya lihat pada murid yaitu terciptanya kemerdekaan dalam belajar sehingga murid merasa senang, dan bisa bebas memberikan partisipasinya dalam proses belajar. Saya percaya dengan modul ini, perlahan tetapi pasti saya akan bisa berbenah menuju perubahan pembelajaran merdeka belajar, karena perubahan cara berfikir dalam pembelajaran merupakan sesuatu yang kekal dan bisa mengikuti perkembangan jaman.

Beberapa hal atau langkah yang dapat segera penulis segera terapkan di kelas agar mencerminkan pemikiran KHD dengan baik yaitu sebagai berikut:

1.      Melakukan asesmen diagnostik non kognitif dan pemetaan bakat-minat potensi murid.

Hal ini penting karena potensi dan kebutuhan murid belajar yang beraneka ragam. Hasil asesmen dapat penulis gunakan sebagai acuan untuk menentukan strategi pembelajaran yang akan dilakukan, tentunya strategi pembelajaran yang berpihak pada murid.

2.      Menggali ide kreatif dan inovatif dari berbagai sumber.

Penulis harus aktif mencari pengetahuan dan pengalaman belajar untuk meningkatkan kualitas diri penulis sebagai pendidik, sehingga proses pembelajaran yang akan penulis hadirkan di kelas tidak monoton, melainkan sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman murid.

3.      Mendesain dan menjalankan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Pembelajaran yang berpihak pada murid salah satu cara yang akan penulis lakukan yaitu memberikan kebebasan murid dalam menentukan gaya belajarnya, membangun sendiri pengetahuannya, dan secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga murid memahami makna merdeka belajar seutuhnya. Penulis akan berusaha menghambakan diri pada murid. Artinya, melayani setiap kebutuhan belajar murid dengan suci hati dan ikhlas agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

4.      Melakukan evaluasi dan refleksi sebagai upaya perbaikan kualitas pendidikan dan pengajaran.

Hal ini penting penulis lakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari pembelajaran yang dilakukan. Kegiatan refleksi harus penulis lakukan untuk setiap metode pembelajaran yang diberikan, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan murid atau tidak.

Refleksi diri penulis tentang pemikiran KHD diharapkan dapat mendukung terwujudnya Visi SMK Negeri 1 Cilacap Mewujudkan Lulusan Berprofil Pelajar Pancasila, Unggul, dan Berdaya Saing Global serta Berwawasan Lingkungan. Melalui implementasi pemahaman pemikiran KHD akan dapat menciptakan budaya pembelajaran yang positif sebagai karakter diri yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, menggali kreativitas dan inovasi guru dan murid dalam berproses baik bersama sehingga memunculkan jiwa kompetitif yang berani unggul mengembangkan segala potensi dirinya.

 

 

Daftar Pustaka :Rafael, Simon P. (2022). Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.


Selasa, 12 Maret 2024

MARS SMKNEGERI 1 CILACAP


MARS SMK  NEGERI 1 CILACAP

Tekad terpatri terukir di sanubari
Mengabdikan diri untuk negeri
Membentuk budi pekerti dan berprestasi
Trampildan berdaya saing tinggi 

Beriman bertakwa menjadi landasan
Berjiwa wirausaha peduli lingkungan 
Kemajuan zaman adalah tantangan 
Wujudkan masa depan gemilang

SMK NEGERI 1 CILACAP 
Mendidik insan cerdas professional 
Menyiapkan tenaga kerja yang handal
SMK NEGERI 1 CILACAP
Melangkah pasti menggapai harapan 
Berkiprak nyata dalam pembangunan

Selasa, 28 November 2023

3.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Modul 3.1

3.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin Oleh : Winardi Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin dimana artikel koneksi antar materi yang saya buat ini berhubungan dengan materi-materi yang saya pelajari selama mengikuti pendidikan guru penggerak. Konsep awal yang saya uraikan berhubungan dengan pertanyaan pemantik sebagai berikut: 1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin? Filosofi "Pratap Triloka" yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan semboyan "Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri Handayani" yang berarti guru di depan memberi teladan, di tengah membangun motivasi atau memberikan dorongan, di belakang memberi dukungan. Sebagai pendidik, kita harus menyadari bahwa setiap anak membawa kodratnya masing-masing. Kita hanya perlu menuntun untuk menggali segala potensi yang ada pada anak, mengarahkan dan memberi dorongan supaya anak dapat berproses dan berkembang. Dalam proses menuntun, anak akan diberi kebebasan, dalam hal ini guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah serta membahanyakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Dalam hal tersebut, maka guru harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid serta bijaksana. Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutunya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilemma etika, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. 2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip- prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik tentunya adalah nilai kebaikan diantaranya; kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang paling kita hargai dalam hidup dan sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter, perilaku dan membimbing dalam kita mengambil sebuah keputusan. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai-nilai yang harus dipegang diantaranya; mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid dimana nilai-nilai tersebut merupakan manivestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara kesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi. Serta pengambilan keputusan juga didasarkan pada 3 prinsip untuk penyelesaian dilema, diantaranya; berpikir berbasis hasil akhir (Ends- Based Thinkhing), berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking) 3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal- hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya? Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping atau fasilitator telah membantu saya mengajukan keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, apakah sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal, apakah keputusan yang diambil bermanfaat untuk orang banyak dan apakah keputusan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan. Seorang pendidik harus mampu mengetahui dan memahami kebutuhan belajar serta kondisi sosial dan emosional dari muridnya. Seorang siswa harus mampu menyelesaikan permasalahan dalam belajarnya. Pentingnya pendekatan Coaching yang dilaksanakan oleh guru, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menemukan potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pematik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Untuk dapat mengambil keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasildan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan dan dengan coaching dapat membantu pengambilan keputusan yang tepat yang akan berpengaruh sehingga tercipta lingkungan yang positif, kondusif. Sesi coaching membantu guru untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan memecahkan masalah saat menjadi pemimpin pembelajaran, sehingga saat menentukan suatu permasalahan dilema etika seorang guru mampu mengidentifikasikan suatu permasalahan dengan Teknik coaching, sehingga keputusannya tepat dan berpihak kepada murid. 4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika? Dalam melaksanakan proses pendidikan, pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar siswanya serta mengelola kapasitas sosial dan emosionalnya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab membutuhkan keterampilan sosial-emosional seperti kepercayaan diri, kesadaran diri (self awarness), kesadaran sosial, dan keterampilan sosial. Oleh karena itu, sangat diharapkan untuk dapat menerapkan diskresi dalam proses pengambilan keputusan, terutama dengan mengenali berbagai pilihan dan kemungkinan hasil serta meminimalkan kesalahan dalam proses pengambilan keputusan, terutama masalah dilema etika dimana keduanya sama-sama memiliki nilai kebenaran. 5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Dengan nilai- nilai yang dimiliki seorang pendidik tersebut, baik nilai inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi sehingga dengan nilai-nilai dari seorang pendidik tersebut, yang merupakan landasan pemikiran yang dimiliki akan cenderung pada prinsip melakukan demi kebaikan orang banyak, menjunjung tinggi prinsip- prinsip/ nilai- nilai dalam diri dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan lakukan kepada diri kita. Maka seorang pendidik akan dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan yang terjadi. 6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Seorang pemimpin pembelajaran sering dihadapkan pada situasi dimana kita diharuskan mengambil suatu keputusan secara cepat dan tepat, namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi dilema kita masih kesulitan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih berwenang, dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang serta adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita harus mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga hasil keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk muridnya. Intinya pengambilan keputusan yang tepat terkait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan . Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. 7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda? Tantangan yang dialami di lingkungan saya adalah dimana dalam pengambilan keputusan tidak melibatkan guru ataupun warga sekolah yang lain sehingga timbul perbedaan cara pandang dalam sebuah kasus yang justru akan mempersulit tercapainya sebuah keputusan yang tepat. Seperti yang kita ketahui, ada 3 prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. prinsip berpikir berbasis hasil akhir (Ends-based thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-Rule Based Thinking), prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care-Based Thinking). Jika kita berpedoman pada 3 prinsip tersebut tentu tantangan-tantangan yang ada akan sedikit jumlahnya dibandingkan apabila kita tidak menggunakan 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. 8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda? Sebagai guru seorang pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan sangat berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid kita yang memiliki potensi yang berbeda-beda. Ketika kita sudah mengetahui potensi murid kita yang berbeda-beda hendaknya kita harus dapat mengambil keputusan dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang tepat sehingga kita dalam menuntun murid sesuai dengan kodratnya menuju perkembangan yang lebih baik. 9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya? Saat pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid yang akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan murid di masa yang akan datang. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan wellbeing murid untuk masa depan yang lebih baik. 10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya? Saya menyimpulkan bahwa pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar. Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat atau potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan setinggi- tingginya, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat. Seorang pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Dengan berbekal keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan coaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (selfawareness), pengelolaan diri (selfmanagement), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang akan terjadi. 11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan? Konsep-konsep yang saya pahami dalam modul 3.1 ini adalah terdapat 4 paradigma pengambilan keputusan yaitu Individu lawan masyarakat, kebenaran melawan kesetiaan, keadilan melawan belas kasihan, dan Jangka pendek melawan jangka panjang. Ada 3 prinsip mengambil keputusan yaitu berpikir berbasis akhir, berfikir berbasi aturan, dan berfikir berbasi rasa peduli. Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan yaitu Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan, Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini, Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola), Pengujian paradigma benar atau salah, Prinsip pengambilan keputusan, Investigasi tri lema, Buat keputusan, dan meninjau kembali keputusan dan refleksikan. Hal-hal yang menurut saya di luar dugaan adalah selama ini dalam pengambil keputusan cukup dengan mengambil keputusan yang membawa kebermanfaatan lebih, namun sekarang di luar dugaan saya, bahwa dalam mengambil sebuah keputusan harus mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. 12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini? Sebelum saya mempalajari modul ini, saya sebagai guru yang sudah cukup lama mengabdi di sekolah saat ini, belum begitu memahami langkah runtut dalam upaya penyelesaian masalah. Setelah mempelajari modul ini wawasan saya bertambah bahwa dalam setiap pengambilan keputusan tidak boleh otoriter, harus berusaha adil dan bijaksana. Dalam modul ini, saya juga memaknai 9 langkah yang bisa diterapkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengujian dan pengambilan keputusan. Selain itu, melalui video conference yang saya ikuti (Pematerinya Bapak fasilitator dan instruktur), saya bisa memahami bahwa pengambilan keputusan dalam dilema etika dilakukan dengan menimbang langkah yang paling banyak mengandung nilai kebajikan yang bermuara pada keberpihakan kepada murid. 13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini? Setelah mempelajari modul Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin, berdampak pada sudut pandang saya sebagai pemimpin pembelajaran, dan mendapatkan pengetahuan yang baru yang belum pernah terpikirkan oleh saya, dalam hal pengambilan keputusan dimana ada situasi dilema etkka dan bujukan moral. Sehingga pada setiap pengambilan keputusan harus memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal, tanggung jawab dan berkepihakan pada murid, dengan menerpakan konsep 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah untuk menguji keputusan sangat penting untuk mengambil keputusan yang berdampak positif dan dapat dipertanggungjawabkan. 14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin? Menurut saya, sebagai seorang pemimpin pembelajaran mempelajari modul ini sangatlah penting, karena dengan memperlajari modul 3.1 ini, saya dapat belajar bagaimana cara dalam hal pengambilan keputusan yang berdampak positif dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga pada pengambilan keputusannya tidak salah langkah atau bahkan merugikan salah satu pihak. Sebagai pemimpin pembelajaran mempelajari modul ini, merupakan hal yang perlu di implementasikan dalam menyelesaikan kasus atau masalah, sehingga diharapkan dalam setiap pengambilan keputusan langkah-langkah yang diambil merupakan langkah yang bijaksana dan tepat serta berdampak positif bagi yang terlibat dan sekitarnya.

Rabu, 08 Februari 2023

Rencana Tindak Lanjut Pendampingan Individu 2

Pada pendampingan individu 2 secara garis besar setiap CGP telah menyelesaikan Aksi Nyata modul 1.4 dan telah mengimplementasikan modul-modul yang telah dipelajari, serta telah melakukan diskusi visi dan prakarsa perubahan sekolah. Setiap CGP yang didampingi telah memberikan terobosan-terobosan baru guna peningkatan perubahan sekolah dan peningkatan kompetensi CGP. Proses coaching yang telah dilakukan sesuai dengan waktu dan cakupan bahasan yang dibutuhkan oleh CGP, namun perlu perbaikan dalam diskusi visi dan prakarsa perubahan sekolah, mengingat tidak semua kepala sekolah hadir pada saat diskusi berlangsung. Oleh karena itu CGP perlu menekankan kembali serta melakukan sosialisasi yang lebih masif untuk perubahan sekolah tersebut. Terkait dengan pendampingan berikutnya perlu ada penekanan-penekanan sebagai berikut : a. Mengupas lebih jauh mengenai evaluasi diri kompetensi Guru Penggerak Memimpin pembelajaran Mengembangkan diri dan orang lain Memimpin manajemen sekolah Memimpin pengembangan sekolah b. Keterlaksanaan penerapan model Bagja dalam menentukan perubahan-perubahan di sekolah. Memfokuskan bahwa setiap pengambilan keputusan senantiasa mengacu dan mengimplementasikan model BAGJA.

Rabu, 03 Agustus 2022

Kepemimpinan Menuju Tranformasi Pendidikan

Transformasi pendidikan adalah suatu bentuk perubahan praktik-praktik baik dalam dunia pendidikan yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Adanya transformasi pendidikan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dalam melakukan transformasi pendidikan yang berkelanjutan dibutuhkan setidaknya tiga elemen: 1. inisiatif pendidikan yang dilakukan, 2. pemimpin, dan 3. pengikut. Inisiatif yang dilakukan haruslah jelas, mudah dimengerti dan tentunya mudah untuk diikuti atau dilakukan, jika diperlukan inisiatif pendidikan harus simple, dapat diukur, mudah dicapai, masuk akal dan juga dengan waktu yang tepat sehingga akan mempermudah semakin banyak orang yang mengikuti inisiatif tersebut. Kita dapat menggunakan model BAGJA Inkuiri Apresiatif untuk menentukan praktik baik pendidikan apa yang akan kita inisiasi di komunitas/daerah di sekitar kita. Di sisi lain dibutuhkan pemimpin yang berorientasi dan berpihak kepada murid dengan visi yang jelas. Inisiatif pemimpin yang baik dan visi yang jelas dibarengi oleh pengikut yang ikhlas dan taat azas dalam melakukan trasformasi pendidikan. “Jika kita tidak berubah, kita tidak bertumbuh. Jika kita tidak bertumbuh, maka kita tidak hidup.” (Gail Sheehy) Hal-hal yang pernah saya lakukan dalam rangka transformasi pendidikan adalah 1. Saya memberikan pendampingan untuk pemuda di desa Ketenger Baturaden dalam pengembangan desa wisata pada tahun 2011 2. Mendampingi guru SMK dalam implementasi kurikulum 2013 3. Menjadi Ketua Tim Pelatihan Guru ke Perancis untuk bidang hospitality dalam sharing sesama Guru di Eropa untuk bidang Pariwisata, Perhotelan dan Boga pada tahun 2017 4. Menjadi Calon Pengawas Sekolah yang telah menempuh pendidikan dan pelatihan dan lulus tahun 2021 Dampak atas transformasi pendidikan bagi ekosistem terdekat baik sekolah atau guru adalah : 1. Dibukanya Desa Wisata Ketenger Baturaden Banyumas untuk masyarakat umum dengan pengelolaan berbasis masyarakat, terwujudnya SDM parwisata pada tingkat desa dengan menerapkan prinsip-prinsip layanan yang baik. 2. Adanya pemahaman perubahan konsep kurikulum 2013 dan adanya perubahan pandangan guru dalam implementasikan KTSP 3. Memberikan kontribusi perubahan cara pikir guru-guru terdekat, terbiasa menerima orang lain dengan latar belakang yang berbeda. 4. Adanya sumber informasi bagi teman-teman dalam pengembangan pendidikan dan sekolah. Hal-hal yang belum tercapai dalam memprakarsai transformasi tersebut adalah 1. Pembelajaran Project Based Learning yang belum dilaksanakan secara masif di sekolah. 2. Teaching Factory yang belum terlaksana terkait dengan SMK Pusat Keunggulan. Tentu saya berharap akan ada perubahan yang luar biasa seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang memerdekakan dan sesuai kebutuhan.

Selasa, 02 Agustus 2022

Keselarasan Belajar di SMK Dalam Pendidikan yang Memerdekakan.

Pada kesempatan ini saya Winardi memberikan gambaran prinsip pendidikan yang memerdekakan. Prinsip pendidikan yang memerdekakan adalah sebuah pemahaman yang diaplikasikan melalui pemikiran yang merdeka yaitu Pemikiran seorang pendidik yang bebas tidak terbelenggu, pemikiran bahwa kita harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada murid yang dititipkan ke kita dalam hidupnya. Kegagalan yang ada di masa depan murid adalah sebagian imbas dari keegoisan kita merebut hak “bahagia” nya mereka serta tidak menghargai kehendak dan keinginan mereka selama kita membersamainya di sekolah. Praktik pembelajaran yang dapat diterapkan adalah praktik pembelajaran yang memantik kita untuk selalu berefleksi. Sehingga akan selalu muncul ide atau inisiasi kita untuk memperbaiki jika ada kegagalan dari proses pembelajaran. kita belajar dari murid, dan murid akan menghargai kita. Bukan mengejar kurikulum dan mengumpulkan nilai yang menjadi tujuan. Tapi praktik pembelajaran yang membahagiakan meskipun masih harus terbelenggu sama materi yang sudah ditentukan oleh kurikulum dengan alasan demi kebersamaan. Misalnya dengan mengaitkan materi yang memang mau tidak mau harus kita sampaikan ke murid dengan mengintegrasikan kondisi alam, keadaan, dan kemampuan siswa atau guru itu sendiri. Dalam penerapan pembelajaran di SMK, sudah banyak penerapan-penerapan pembelajaran yang memerdekakan murid yang tetap mengacu pada kebutuhan industri dan masayarakat diantaranya : 1. Pembelajaran berbasis Projek Pembelajaran berbasis projek adalah pembelajaran yang menggunakan projek sebagai media dalam proses pembelajaran untuk mencapai soft skills, hard skills, dan karakter.Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas murid dalam menghasilkan produk yang menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, hingga mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.Produk yang dimaksud adalah hasil projek berupa barang atau jasa dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Pembelajaran berbasis projek bisa dilaksanakan melalui projek yang merupakan order dari dunia kerja, atau kreativitas guru dan murid dalam menghasilkan produk unggulan SMK. Pada SMK Negeri 1 Cilacap program keahlian Tata Boga membuat produk olahan ubi menjadi roti kering/pastry disuplai ke hotel untuk kelengkapan breakfast/makan pagi tamu-tamu hotel mitra SMK Negeri 1 Cilacap 2. Pembelajaran fokus pada materi esensial Materi yang esensial, didefinisikan sebagai materi dasar, penting, pokok, yang perlu dipahami atau dikuasai oleh siswa, akan dilihat dari berbagai kacamata praktis.tujuan Kurikulum Merdeka fokus terhadap materi esensial agar guru memiliki waktu yang lebih banyak untuk menerapkan metode pembelajaran yang lebih interaktif. serta kolaboratif. Beberapa contoh metode itu adalah pembelajaran dengan diskusi dan argumentasi, pembelajaran project based learning, dan problem based learning. Pada sekolah saya untuk program keahlian Perhotelan dan Tata Boga sering dilakukan pemetaan Kompetensi Dasar atau Capaian Pembelajaran yang benar-benar dibutuhkan oleh industri dan sesuai level kompetensi siswa. Namun demikian dalam implementasi atau penerapan pendidikan yang memerdekakan khususnya dalam kegiatan pembelajaran ada beberapa yang bisa dirubah atau dihilangkan seperti diantaranya : 1. Praktik pembelajaran drilling materi,drilling soal atau praktik pembelajaran yang tidak mempedulikan murid. Ini Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian, dan juga merupakan hal yang monoton dan membosankan. 2. Pembelajaran berbasis konten bukan lagi hal utama yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Pembelajaran berpusat pada materi pembelajaran. Pembelajaran ini membawa siswa belajar hanya cakupan materi tertentu, tidak terkait dengan kehidupan nyata, pembelajaran hanya berorientasi nilai akhir. 3. Fokus pada pencapaian KKM saat belajar sangat membahayakan karena dapat mengakibatkan terjadinya mal praktik dalam pembelajaran Masih banyak praktik-praktik yang dapat dikembangkan dan perlu ditinggalkan dan harus berfokus pada murid, kebebesan yang penuh dengan komitmen bersama. Pendidikan yang memerdekakan adalah suatu proses Pendidikan dimana murid harus diberikan kebebasan yang seluas-luasnya sesuai dengan kodrat, tetapi tetap dengan aturan dan kesadaran selaku murid maupun guru,pendidikan Pendidikan yang memerdekakkan adalah suatu proses yang meletakan unsur kebebasan murid untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batianih. Secara lahiriah murid memperoleh kemerdekaan dalam pendidikan melalui pembelajaran dan pengajaran.