Oleh : Winardi
Refleksi Kritis Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD),
pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan
proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak
secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan
(opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang
dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai amggota
masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia
yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk
mencapainya.
Filosofi KHD yang kedua berkaitan
dengan dasar-dasar pendidikan yang “menuntun”. KHD menjelaskan bahwa tujuan
pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pendidik hanya
dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan
kodrat anak. Disinilah peran pendidik sebagai sumber energi yang baik untuk
anak-anak. Dalam konsep energi, setiap anak memiliki energinya masing-masing.
Sehingga pendidik dapat mengubah bentuk energi tertentu menjadi energi lain
yang lebih baik dan bermanfaat.
Konsep pemikiran-pemikiran
filosofis KHD ketiga sangat relevan dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang
mengiringi kehidupan anak-anak. Artinya pendidikan yang diberikan menyesuaikan
dengan kondisi lingkungan atau potensi anak. Selain itu juga harus mengikuti perkembangan
zaman. Sama hal nya dengan perkembangan energi, dari lingkungan kemudian diubah
sesuai dengan kebutuhan perkembangan zaman. Pendidik harus mampu memberikan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak pada zamannya dengan memperhatikan
potensi dirinya. Salah satunya dengan
menerapkan pendidikan abad ke-21 sesuai konteks lokal (budaya) atau local
wisdom di tempat asal seperti budaya “Sedekah Laut ” di daerah Cilacap.
Filosofi pendidikan KHD yang ke
empat yaitu tentang Budi Pekerti. budi pekerti, atau watak atau karakter
merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan
sehingga menimbulkan tenaga. Proses pendidikan KHD disini menekankan 3 hal
utama yaitu melatih panca indra, kehalusan budi pekerti dan kecerdasan. Menurut
beliau pendidikan harus seimbang antara cipta, rasa dan karsa. Pengembangan
karakter atau budi pekerti tidak dapat tercipta begitu saja, harus melalui
pembiasaan-pembiasaan, baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun
lingkungan masyarakatnya.
Dari pemikiran KHD dapat dipetik
relevansi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara sebagai berikut :
1. Pendidikan untuk Semua
Ki Hadjar Dewantara
memperjuangkan pendidikan yang inklusif dan dapat diakses oleh semua lapisan
masyarakat. Hal ini tetap relevan, terutama dalam upaya mengurangi kesenjangan
pendidikan di Indonesia.
2. Pengembangan Potensi Individu
Pemikiran Ki Hadjar tentang
pengembangan potensi individu masih sangat relevan. Pendidikan saat ini harus
mengakui dan mendukung keunikan setiap siswa, bukan hanya menghasilkan lulusan
yang homogen.
3. Pendidikan sebagai Proses,
Bukan Hanya Hasil
Ki Hadjar Dewantara melihat
pendidikan sebagai proses pembelajaran seumur hidup, bukan hanya tentang hasil
akademis. Hal ini sesuai dengan tuntutan zaman saat ini, di mana pembelajaran
berkelanjutan menjadi kunci dalam menghadapi perubahan yang cepat.
Sebagai guru saya belum
sepenuhnya memiliki kemerdekaan dalam menjalan tugas aktivitas sebagai
guru, terutama menyangkut kelembagaan
dan regulasi kepegawaian. tetapi dalam hal interaksi dengan murid saya sudah
menemukan perubahan pemikiran seperti
Murid bukanlah kertas kosong,
melainkan kertas yang masih buram tinta yang tergores di dalamnya. Disinilah
peran guru bagaimana menebalkan tinta buram tersebut menjadi tulisan yang jelas
terbaca. Artinya, pada hakikatnya setiap murid telah memiliki bekal pengetahuan
dan kemampuannya sendiri, namun potensi yang ada tersebut perlu penulis latih
dan kembangkan hingga mereka menguatkan kodratnya dengan baik.
Murid yang tidak datang tepat
waktu ke sekolah bukan berarti mereka tidak memiliki tekad yang kuat dalam
belajar. Disinilah penulis mulai mecoba untuk dapat memahami kondisi murid, apa
yang mereka hadapi dan alami dalam kehidupannya, karena peran pendidik tidak
melulu tentang mengajarkan materi, melainkan mendampingi setiap proses tumbuh
kembangnya laku anak agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Tidak semua murid memiliki
kemampuan dan kecepatan yang sama dalam memahami sesuatu. Disinilah penulis
mulai mencoba untuk mengelola pembelajaran agar setiap murid dapat melaluinya
sesuai dengan kemampuan dan gaya belajarnya, memberi mereka ruang kreativitas
belajar yang berbeda, hingga akhirnya mereka menemukan sendiri arti merdeka
belajarnya.
Guru bukanlah sumber utama atau
satu-satunya tentang pembelajaran. Disinilah penulis mulai mengeksplorasi
beberapa sumber informasi yang dapat mereka gunakan. Artinya, pendidik sebagai
pamong yang menuntun dan mengarahkan segala potensi yang ada pada diri murid
menjadi hal yang akan bermanfaat untuk kehidupannya, baik sebagai individu
maupun sebagai masyarakat.
Setiap murid memiliki kebutuhan
belajarnya masing-masing. Disinilah penulis mulai mencoba memahami apa yang
sebenarnya mereka harapkan setelah melalui proses belajar bersama dengan penulis.
Harapan dan Ekspektasi
Setelah mempelajari modul ini
berharap kedepannya lebih meningkatkan kualitas diri, menciptakan ide-ide
kreatif inovatif, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
melaksanakan pembelajaran berpusat pada murid dan menekan konsep belajar
konstektual sehingga murid dapat mandiri dalam kehidupan sehari-hari. Harapan
yang ingin saya lihat pada murid yaitu terciptanya kemerdekaan dalam belajar
sehingga murid merasa senang, dan bisa bebas memberikan partisipasinya dalam
proses belajar. Saya percaya dengan modul ini, perlahan tetapi pasti saya akan
bisa berbenah menuju perubahan pembelajaran merdeka belajar, karena perubahan
cara berfikir dalam pembelajaran merupakan sesuatu yang kekal dan bisa
mengikuti perkembangan jaman.
Beberapa hal atau langkah yang
dapat segera penulis segera terapkan di kelas agar mencerminkan pemikiran KHD
dengan baik yaitu sebagai berikut:
1. Melakukan
asesmen diagnostik non kognitif dan pemetaan bakat-minat potensi murid.
Hal ini penting
karena potensi dan kebutuhan murid belajar yang beraneka ragam. Hasil asesmen
dapat penulis gunakan sebagai acuan untuk menentukan strategi pembelajaran yang
akan dilakukan, tentunya strategi pembelajaran yang berpihak pada murid.
2. Menggali
ide kreatif dan inovatif dari berbagai sumber.
Penulis harus
aktif mencari pengetahuan dan pengalaman belajar untuk meningkatkan kualitas
diri penulis sebagai pendidik, sehingga proses pembelajaran yang akan penulis
hadirkan di kelas tidak monoton, melainkan sesuai dengan kodrat alam dan kodrat
zaman murid.
3. Mendesain
dan menjalankan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Pembelajaran
yang berpihak pada murid salah satu cara yang akan penulis lakukan yaitu
memberikan kebebasan murid dalam menentukan gaya belajarnya, membangun sendiri
pengetahuannya, dan secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga
murid memahami makna merdeka belajar seutuhnya. Penulis akan berusaha
menghambakan diri pada murid. Artinya, melayani setiap kebutuhan belajar murid
dengan suci hati dan ikhlas agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat.
4. Melakukan
evaluasi dan refleksi sebagai upaya perbaikan kualitas pendidikan dan pengajaran.
Hal ini penting
penulis lakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari pembelajaran yang
dilakukan. Kegiatan refleksi harus penulis lakukan untuk setiap metode
pembelajaran yang diberikan, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan murid atau tidak.
Refleksi diri penulis tentang
pemikiran KHD diharapkan dapat mendukung terwujudnya Visi SMK Negeri 1 Cilacap
Mewujudkan Lulusan Berprofil Pelajar Pancasila, Unggul, dan Berdaya Saing
Global serta Berwawasan Lingkungan. Melalui implementasi pemahaman pemikiran
KHD akan dapat menciptakan budaya pembelajaran yang positif sebagai karakter
diri yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, menggali kreativitas dan
inovasi guru dan murid dalam berproses baik bersama sehingga memunculkan jiwa
kompetitif yang berani unggul mengembangkan segala potensi dirinya.
Daftar Pustaka :Rafael, Simon P. (2022). Refleksi Filosofis
Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.