Selasa, 28 November 2023

3.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Modul 3.1

3.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin Oleh : Winardi Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin dimana artikel koneksi antar materi yang saya buat ini berhubungan dengan materi-materi yang saya pelajari selama mengikuti pendidikan guru penggerak. Konsep awal yang saya uraikan berhubungan dengan pertanyaan pemantik sebagai berikut: 1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin? Filosofi "Pratap Triloka" yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan semboyan "Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri Handayani" yang berarti guru di depan memberi teladan, di tengah membangun motivasi atau memberikan dorongan, di belakang memberi dukungan. Sebagai pendidik, kita harus menyadari bahwa setiap anak membawa kodratnya masing-masing. Kita hanya perlu menuntun untuk menggali segala potensi yang ada pada anak, mengarahkan dan memberi dorongan supaya anak dapat berproses dan berkembang. Dalam proses menuntun, anak akan diberi kebebasan, dalam hal ini guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah serta membahanyakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Dalam hal tersebut, maka guru harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid serta bijaksana. Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutunya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilemma etika, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. 2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip- prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik tentunya adalah nilai kebaikan diantaranya; kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang paling kita hargai dalam hidup dan sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter, perilaku dan membimbing dalam kita mengambil sebuah keputusan. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai-nilai yang harus dipegang diantaranya; mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid dimana nilai-nilai tersebut merupakan manivestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara kesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi. Serta pengambilan keputusan juga didasarkan pada 3 prinsip untuk penyelesaian dilema, diantaranya; berpikir berbasis hasil akhir (Ends- Based Thinkhing), berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking) 3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal- hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya? Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping atau fasilitator telah membantu saya mengajukan keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, apakah sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal, apakah keputusan yang diambil bermanfaat untuk orang banyak dan apakah keputusan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan. Seorang pendidik harus mampu mengetahui dan memahami kebutuhan belajar serta kondisi sosial dan emosional dari muridnya. Seorang siswa harus mampu menyelesaikan permasalahan dalam belajarnya. Pentingnya pendekatan Coaching yang dilaksanakan oleh guru, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menemukan potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pematik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Untuk dapat mengambil keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasildan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan dan dengan coaching dapat membantu pengambilan keputusan yang tepat yang akan berpengaruh sehingga tercipta lingkungan yang positif, kondusif. Sesi coaching membantu guru untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan memecahkan masalah saat menjadi pemimpin pembelajaran, sehingga saat menentukan suatu permasalahan dilema etika seorang guru mampu mengidentifikasikan suatu permasalahan dengan Teknik coaching, sehingga keputusannya tepat dan berpihak kepada murid. 4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika? Dalam melaksanakan proses pendidikan, pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar siswanya serta mengelola kapasitas sosial dan emosionalnya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab membutuhkan keterampilan sosial-emosional seperti kepercayaan diri, kesadaran diri (self awarness), kesadaran sosial, dan keterampilan sosial. Oleh karena itu, sangat diharapkan untuk dapat menerapkan diskresi dalam proses pengambilan keputusan, terutama dengan mengenali berbagai pilihan dan kemungkinan hasil serta meminimalkan kesalahan dalam proses pengambilan keputusan, terutama masalah dilema etika dimana keduanya sama-sama memiliki nilai kebenaran. 5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Dengan nilai- nilai yang dimiliki seorang pendidik tersebut, baik nilai inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi sehingga dengan nilai-nilai dari seorang pendidik tersebut, yang merupakan landasan pemikiran yang dimiliki akan cenderung pada prinsip melakukan demi kebaikan orang banyak, menjunjung tinggi prinsip- prinsip/ nilai- nilai dalam diri dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan lakukan kepada diri kita. Maka seorang pendidik akan dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan yang terjadi. 6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Seorang pemimpin pembelajaran sering dihadapkan pada situasi dimana kita diharuskan mengambil suatu keputusan secara cepat dan tepat, namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi dilema kita masih kesulitan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih berwenang, dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang serta adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita harus mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga hasil keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk muridnya. Intinya pengambilan keputusan yang tepat terkait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan . Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. 7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda? Tantangan yang dialami di lingkungan saya adalah dimana dalam pengambilan keputusan tidak melibatkan guru ataupun warga sekolah yang lain sehingga timbul perbedaan cara pandang dalam sebuah kasus yang justru akan mempersulit tercapainya sebuah keputusan yang tepat. Seperti yang kita ketahui, ada 3 prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. prinsip berpikir berbasis hasil akhir (Ends-based thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-Rule Based Thinking), prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care-Based Thinking). Jika kita berpedoman pada 3 prinsip tersebut tentu tantangan-tantangan yang ada akan sedikit jumlahnya dibandingkan apabila kita tidak menggunakan 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. 8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda? Sebagai guru seorang pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan sangat berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid kita yang memiliki potensi yang berbeda-beda. Ketika kita sudah mengetahui potensi murid kita yang berbeda-beda hendaknya kita harus dapat mengambil keputusan dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang tepat sehingga kita dalam menuntun murid sesuai dengan kodratnya menuju perkembangan yang lebih baik. 9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya? Saat pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid yang akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan murid di masa yang akan datang. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan wellbeing murid untuk masa depan yang lebih baik. 10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya? Saya menyimpulkan bahwa pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar. Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat atau potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan setinggi- tingginya, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat. Seorang pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Dengan berbekal keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan coaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (selfawareness), pengelolaan diri (selfmanagement), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang akan terjadi. 11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan? Konsep-konsep yang saya pahami dalam modul 3.1 ini adalah terdapat 4 paradigma pengambilan keputusan yaitu Individu lawan masyarakat, kebenaran melawan kesetiaan, keadilan melawan belas kasihan, dan Jangka pendek melawan jangka panjang. Ada 3 prinsip mengambil keputusan yaitu berpikir berbasis akhir, berfikir berbasi aturan, dan berfikir berbasi rasa peduli. Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan yaitu Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan, Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini, Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola), Pengujian paradigma benar atau salah, Prinsip pengambilan keputusan, Investigasi tri lema, Buat keputusan, dan meninjau kembali keputusan dan refleksikan. Hal-hal yang menurut saya di luar dugaan adalah selama ini dalam pengambil keputusan cukup dengan mengambil keputusan yang membawa kebermanfaatan lebih, namun sekarang di luar dugaan saya, bahwa dalam mengambil sebuah keputusan harus mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. 12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini? Sebelum saya mempalajari modul ini, saya sebagai guru yang sudah cukup lama mengabdi di sekolah saat ini, belum begitu memahami langkah runtut dalam upaya penyelesaian masalah. Setelah mempelajari modul ini wawasan saya bertambah bahwa dalam setiap pengambilan keputusan tidak boleh otoriter, harus berusaha adil dan bijaksana. Dalam modul ini, saya juga memaknai 9 langkah yang bisa diterapkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengujian dan pengambilan keputusan. Selain itu, melalui video conference yang saya ikuti (Pematerinya Bapak fasilitator dan instruktur), saya bisa memahami bahwa pengambilan keputusan dalam dilema etika dilakukan dengan menimbang langkah yang paling banyak mengandung nilai kebajikan yang bermuara pada keberpihakan kepada murid. 13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini? Setelah mempelajari modul Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin, berdampak pada sudut pandang saya sebagai pemimpin pembelajaran, dan mendapatkan pengetahuan yang baru yang belum pernah terpikirkan oleh saya, dalam hal pengambilan keputusan dimana ada situasi dilema etkka dan bujukan moral. Sehingga pada setiap pengambilan keputusan harus memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal, tanggung jawab dan berkepihakan pada murid, dengan menerpakan konsep 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah untuk menguji keputusan sangat penting untuk mengambil keputusan yang berdampak positif dan dapat dipertanggungjawabkan. 14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin? Menurut saya, sebagai seorang pemimpin pembelajaran mempelajari modul ini sangatlah penting, karena dengan memperlajari modul 3.1 ini, saya dapat belajar bagaimana cara dalam hal pengambilan keputusan yang berdampak positif dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga pada pengambilan keputusannya tidak salah langkah atau bahkan merugikan salah satu pihak. Sebagai pemimpin pembelajaran mempelajari modul ini, merupakan hal yang perlu di implementasikan dalam menyelesaikan kasus atau masalah, sehingga diharapkan dalam setiap pengambilan keputusan langkah-langkah yang diambil merupakan langkah yang bijaksana dan tepat serta berdampak positif bagi yang terlibat dan sekitarnya.

Rabu, 08 Februari 2023

Rencana Tindak Lanjut Pendampingan Individu 2

Pada pendampingan individu 2 secara garis besar setiap CGP telah menyelesaikan Aksi Nyata modul 1.4 dan telah mengimplementasikan modul-modul yang telah dipelajari, serta telah melakukan diskusi visi dan prakarsa perubahan sekolah. Setiap CGP yang didampingi telah memberikan terobosan-terobosan baru guna peningkatan perubahan sekolah dan peningkatan kompetensi CGP. Proses coaching yang telah dilakukan sesuai dengan waktu dan cakupan bahasan yang dibutuhkan oleh CGP, namun perlu perbaikan dalam diskusi visi dan prakarsa perubahan sekolah, mengingat tidak semua kepala sekolah hadir pada saat diskusi berlangsung. Oleh karena itu CGP perlu menekankan kembali serta melakukan sosialisasi yang lebih masif untuk perubahan sekolah tersebut. Terkait dengan pendampingan berikutnya perlu ada penekanan-penekanan sebagai berikut : a. Mengupas lebih jauh mengenai evaluasi diri kompetensi Guru Penggerak Memimpin pembelajaran Mengembangkan diri dan orang lain Memimpin manajemen sekolah Memimpin pengembangan sekolah b. Keterlaksanaan penerapan model Bagja dalam menentukan perubahan-perubahan di sekolah. Memfokuskan bahwa setiap pengambilan keputusan senantiasa mengacu dan mengimplementasikan model BAGJA.

Rabu, 03 Agustus 2022

Kepemimpinan Menuju Tranformasi Pendidikan

Transformasi pendidikan adalah suatu bentuk perubahan praktik-praktik baik dalam dunia pendidikan yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Adanya transformasi pendidikan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dalam melakukan transformasi pendidikan yang berkelanjutan dibutuhkan setidaknya tiga elemen: 1. inisiatif pendidikan yang dilakukan, 2. pemimpin, dan 3. pengikut. Inisiatif yang dilakukan haruslah jelas, mudah dimengerti dan tentunya mudah untuk diikuti atau dilakukan, jika diperlukan inisiatif pendidikan harus simple, dapat diukur, mudah dicapai, masuk akal dan juga dengan waktu yang tepat sehingga akan mempermudah semakin banyak orang yang mengikuti inisiatif tersebut. Kita dapat menggunakan model BAGJA Inkuiri Apresiatif untuk menentukan praktik baik pendidikan apa yang akan kita inisiasi di komunitas/daerah di sekitar kita. Di sisi lain dibutuhkan pemimpin yang berorientasi dan berpihak kepada murid dengan visi yang jelas. Inisiatif pemimpin yang baik dan visi yang jelas dibarengi oleh pengikut yang ikhlas dan taat azas dalam melakukan trasformasi pendidikan. “Jika kita tidak berubah, kita tidak bertumbuh. Jika kita tidak bertumbuh, maka kita tidak hidup.” (Gail Sheehy) Hal-hal yang pernah saya lakukan dalam rangka transformasi pendidikan adalah 1. Saya memberikan pendampingan untuk pemuda di desa Ketenger Baturaden dalam pengembangan desa wisata pada tahun 2011 2. Mendampingi guru SMK dalam implementasi kurikulum 2013 3. Menjadi Ketua Tim Pelatihan Guru ke Perancis untuk bidang hospitality dalam sharing sesama Guru di Eropa untuk bidang Pariwisata, Perhotelan dan Boga pada tahun 2017 4. Menjadi Calon Pengawas Sekolah yang telah menempuh pendidikan dan pelatihan dan lulus tahun 2021 Dampak atas transformasi pendidikan bagi ekosistem terdekat baik sekolah atau guru adalah : 1. Dibukanya Desa Wisata Ketenger Baturaden Banyumas untuk masyarakat umum dengan pengelolaan berbasis masyarakat, terwujudnya SDM parwisata pada tingkat desa dengan menerapkan prinsip-prinsip layanan yang baik. 2. Adanya pemahaman perubahan konsep kurikulum 2013 dan adanya perubahan pandangan guru dalam implementasikan KTSP 3. Memberikan kontribusi perubahan cara pikir guru-guru terdekat, terbiasa menerima orang lain dengan latar belakang yang berbeda. 4. Adanya sumber informasi bagi teman-teman dalam pengembangan pendidikan dan sekolah. Hal-hal yang belum tercapai dalam memprakarsai transformasi tersebut adalah 1. Pembelajaran Project Based Learning yang belum dilaksanakan secara masif di sekolah. 2. Teaching Factory yang belum terlaksana terkait dengan SMK Pusat Keunggulan. Tentu saya berharap akan ada perubahan yang luar biasa seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang memerdekakan dan sesuai kebutuhan.

Selasa, 02 Agustus 2022

Keselarasan Belajar di SMK Dalam Pendidikan yang Memerdekakan.

Pada kesempatan ini saya Winardi memberikan gambaran prinsip pendidikan yang memerdekakan. Prinsip pendidikan yang memerdekakan adalah sebuah pemahaman yang diaplikasikan melalui pemikiran yang merdeka yaitu Pemikiran seorang pendidik yang bebas tidak terbelenggu, pemikiran bahwa kita harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada murid yang dititipkan ke kita dalam hidupnya. Kegagalan yang ada di masa depan murid adalah sebagian imbas dari keegoisan kita merebut hak “bahagia” nya mereka serta tidak menghargai kehendak dan keinginan mereka selama kita membersamainya di sekolah. Praktik pembelajaran yang dapat diterapkan adalah praktik pembelajaran yang memantik kita untuk selalu berefleksi. Sehingga akan selalu muncul ide atau inisiasi kita untuk memperbaiki jika ada kegagalan dari proses pembelajaran. kita belajar dari murid, dan murid akan menghargai kita. Bukan mengejar kurikulum dan mengumpulkan nilai yang menjadi tujuan. Tapi praktik pembelajaran yang membahagiakan meskipun masih harus terbelenggu sama materi yang sudah ditentukan oleh kurikulum dengan alasan demi kebersamaan. Misalnya dengan mengaitkan materi yang memang mau tidak mau harus kita sampaikan ke murid dengan mengintegrasikan kondisi alam, keadaan, dan kemampuan siswa atau guru itu sendiri. Dalam penerapan pembelajaran di SMK, sudah banyak penerapan-penerapan pembelajaran yang memerdekakan murid yang tetap mengacu pada kebutuhan industri dan masayarakat diantaranya : 1. Pembelajaran berbasis Projek Pembelajaran berbasis projek adalah pembelajaran yang menggunakan projek sebagai media dalam proses pembelajaran untuk mencapai soft skills, hard skills, dan karakter.Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas murid dalam menghasilkan produk yang menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, hingga mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.Produk yang dimaksud adalah hasil projek berupa barang atau jasa dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Pembelajaran berbasis projek bisa dilaksanakan melalui projek yang merupakan order dari dunia kerja, atau kreativitas guru dan murid dalam menghasilkan produk unggulan SMK. Pada SMK Negeri 1 Cilacap program keahlian Tata Boga membuat produk olahan ubi menjadi roti kering/pastry disuplai ke hotel untuk kelengkapan breakfast/makan pagi tamu-tamu hotel mitra SMK Negeri 1 Cilacap 2. Pembelajaran fokus pada materi esensial Materi yang esensial, didefinisikan sebagai materi dasar, penting, pokok, yang perlu dipahami atau dikuasai oleh siswa, akan dilihat dari berbagai kacamata praktis.tujuan Kurikulum Merdeka fokus terhadap materi esensial agar guru memiliki waktu yang lebih banyak untuk menerapkan metode pembelajaran yang lebih interaktif. serta kolaboratif. Beberapa contoh metode itu adalah pembelajaran dengan diskusi dan argumentasi, pembelajaran project based learning, dan problem based learning. Pada sekolah saya untuk program keahlian Perhotelan dan Tata Boga sering dilakukan pemetaan Kompetensi Dasar atau Capaian Pembelajaran yang benar-benar dibutuhkan oleh industri dan sesuai level kompetensi siswa. Namun demikian dalam implementasi atau penerapan pendidikan yang memerdekakan khususnya dalam kegiatan pembelajaran ada beberapa yang bisa dirubah atau dihilangkan seperti diantaranya : 1. Praktik pembelajaran drilling materi,drilling soal atau praktik pembelajaran yang tidak mempedulikan murid. Ini Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian, dan juga merupakan hal yang monoton dan membosankan. 2. Pembelajaran berbasis konten bukan lagi hal utama yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Pembelajaran berpusat pada materi pembelajaran. Pembelajaran ini membawa siswa belajar hanya cakupan materi tertentu, tidak terkait dengan kehidupan nyata, pembelajaran hanya berorientasi nilai akhir. 3. Fokus pada pencapaian KKM saat belajar sangat membahayakan karena dapat mengakibatkan terjadinya mal praktik dalam pembelajaran Masih banyak praktik-praktik yang dapat dikembangkan dan perlu ditinggalkan dan harus berfokus pada murid, kebebesan yang penuh dengan komitmen bersama. Pendidikan yang memerdekakan adalah suatu proses Pendidikan dimana murid harus diberikan kebebasan yang seluas-luasnya sesuai dengan kodrat, tetapi tetap dengan aturan dan kesadaran selaku murid maupun guru,pendidikan Pendidikan yang memerdekakkan adalah suatu proses yang meletakan unsur kebebasan murid untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batianih. Secara lahiriah murid memperoleh kemerdekaan dalam pendidikan melalui pembelajaran dan pengajaran.

Selasa, 26 Juli 2022

Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara

Sejauh ini saya sudah sering mendengar kata kata seperti budi pekerti, ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani yang menjadi jiwa dari pendidikan nasional. Oleh sebab itu, pada tahap awal ini, saya akan berdialog dengan diri saya sendiri untuk menemukan pemikiran mendasar Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan peran saya sebagai pendidik’. 1. Pengalaman yang membuat saya rindu bersekolah adalah ketika saya bertemu dengan teman-teman dan bermain bersama, mengekpresikan segala kegiatan bersama teman. saya senang menghabiskan waktu bersama teman - teman saya untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Suasana kelas yang terkadang ramai, kadang kondusif pun saya rindukan. Ada masa dimana saya sempat membolos mata pelajaran yang tidak saya suka dan memilih untuk menghabiskan waktu di kantin. Ada masa dimana saya dan teman teman saya bercerita tentang banyak hal yang selalu berubah setiap jamnya. Perasaan ketika saya bertemu dengan guru yang galak atau membosankan dan mau tidak mau saya harus mengikuti pelajarannya hingga akhir. Waktu dimana saya terkadang tidur atau makan diam - diam didalam kelas saat jam mata pelajaran sedang berlangsung. Hingga di akhir ketika acara perpisahan tiba, banyak sekali kenangan yang tidak bisa saya lupakan. 2. Peristiwa yang membuat saya merasa berkembang dan belajar sebagai seorang pembelajar yaitu saat saya diberi ruang untuk mengekplorasi semua kemampuan dan saat saya diberi kesempatan untuk meraih beasiswa ke perguruan tinggi dan beasiswa ke luar negeri. Saya merasa banyak kekurangan saat diantara para pembelajar hebat dengan latar belakang budaya yang berbeda. Satu sisi saya menjadi termotivasi untuk berkembang bersama dengan yang lain untuk mencapai tujuan menjadi manusia seutuhnya. 3. Sosok guru yang menginspirasi saya adalah almarhum Ibu saya yang dengan gigih memberikan contoh kepada saya dan membimbing saya melewati masa-masa remaja saya. Nilai-nilai kehidupan seperti kejujuran, kerja keras dan tidak mudah menyerah sering dikomunikasikan dan dicontohkan kepada saya. Disamping itu ada sosok guru yang menginspirasi saya adalah guru Bahasa Inggris saat di SMP 4. Pengalaman berkesan bersama guru bahasa inggris yakni ketika saya diberikan buku tulis yang memiliki cover kamus sederhana. Saat itu adalah pertama kali saya belajar dengan cara yang berbeda, secara tidak langsung saya tiap saat membaca cover buku tersebut. Selanjutnya saya diminta untuk membaca bungkus mie instan yang ada tulisannya bahasa inggris. Sejak itu saya jadi menyukai pelajaran bahasa Inggris. 5. Pernah saya mengadaptasi cara yang dilakukan Guru tersebut melalui menonton film/drama korea Hotilier yang mengisahkan mengenai kegiatan di hotel. Sesuai dengan mata pelajaran yang saya ampu Industri Perhotelan, siswa saya minta menceritakan kembali mengenai seluk-beluk hotel dan orang orang yang berkecimpung di industri perhotelan.Siswa sangat antusia menceritakannya. Refleksi Ki Hajar Dewantara memberikan pemikirannya tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Menurut KHD, mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani. Hal positif yang bisa diterapkan di kelas/sekolah sesuai dengan budaya Jawa/ orang Banyumas/Cilacap yang berkarakter seperti tokoh Banyumas yaitu Semar/ Bawor yang sifatnya adalah suka momong, walaupun sakti beliau tidak pernah sombong dan selalu memperhatikan akhlak yang mulia (memperhatikan tata krama terhadap orang tua, juga sayang terhadap yang lebih muda, dekat dengan Tuhan), bekerja itu tidak hanya mengandalkan otak semata,tetapi juga dengan kerja keras, maka dibutuhkan keterpaduan kerja otot dan otak untuk hasil yang maksima, rajin, suka bekerja keras dan cekatan. Secara garis besar konsep pemikiran KHD sangat relevan dengan pendidikan di sekolah saat ini yang tertuang dalam pilar pembelajaran sesuai rekomendasi UNESCO a. Learning to know, pembelajaran untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar, konsep dan pemikiran b. Learning to do, pembelajaran menjadikan kita untuk mempelajari sesuai dan melakukan kegiatan sehari-hari dengan memperhatikan norma dan keberagaman yang ada c. Learning to live together, pembelajaran yang mengajarkan seseorang untuk hidup bermasyarakat dan menjadi manusia berpendidikan yang bermanfaat baik bagi diri sendiri dan masyarakatnya maupun bagi seluruh umat manusia, mampu hidup berdampingan dengan manusia dan alam sekitarnya secara harmonis. d. Learning to be, pilar yang terakhir mengajarkan pada kita bahwa pembelajaran adalah untuk menjadi manusai seutuhnya, mampu menjadi kholifah di muka bumi. Saya merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD namun ada beberapa yang harus saya tekankan saya asah demi kemajuan siswa. mampu menghasilkan peserta didik yang berkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Yang segera bisa saya terapkan dari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah tidak memberikan hukuman-hukuman kepada siswa, lebih sabar dalam membimbing, mengenali lebih dalam karakter dan latar belakang siswa (keluarga/lingkungan) dengan menjalin komunikasi dengan orang tuanya, hal ini bisa dilakukan dengan kunjungan rumah atau home visit. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa melalui pemilihan, dan memberikan pembelajaran yang berbasis industri supaya siswa dapat berwirausaha, mandiri dan bekerja. Semoga bermanfaat dan tetap bahagia. Salam Harapan dan Ekspektasi Setelah mempelajari modul ini berharap kedepannya lebih meningkatkan kualitas diri, menciptakan ide-ide kreatif inovatif, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan melaksanakan pembelajaran berpusat pada murid dan menekan konsep belajar konstektual sehingga murid dapat mandiri dalam kehidupan sehari-hari. Harapan yang ingin saya lihat pada murid yaitu terciptanya kemerdekaan dalam belajar sehingga murid merasa senang, dan bisa bebas memberikan partisipasinya dalam proses belajar. Saya percaya dengan modul ini, perlahan tetapi pasti saya akan bisa berbenah menuju perubahan pembelajaran merdeka belajar, karena perubahan cara berfikir dalam pembelajaran merupakan sesuatu yang kekal dan bisa mengikuti perkembangan jaman.

Rabu, 12 Agustus 2020

Paket Wisata Sebagai Produk

 Paket wisata sebagai suatu produk tidak lepas dari feneomena ekonomi, yang terbentuk melalui proses peleburan komponen-kompoenen yang dibutuhkan dalam perjalanan wisata seperti transportasi, hotel, restoran, obyek wisata dan komponen lainnya. adanya proses pengemasan tepat menjadikan produk dapat dinikmati dan menjadi damban wisatawan.

Setelah dibeli oleh wisatawan selanjutnya adalah proses pelaksanaan atas paket yang disepakati sesuai dengan ketentuan produk ayang ditawarkan untuk mencapai tujuan perjalanan wisata yang sesuai harapan.

Setelah menjadi milik wisatawan produk paket wisata perlu diimplementasikan, dieksekusi dilaksanakan sesuai dengan kaidah dan aturan dari operator tour pembuat produk.

Paket wisata merupakan produk jasa, produk tidak berwujud (intangible product). Wisatawan yang membeli produk paket wisata hakikatnya bersifat membeli harapan, menggantungkan agar pelaksanaan perjalanan paket wisata akan sesuai dengan harapannya.

Paket wisata sebagai sebagai produk jasa mempunyai sifat :

1. Tidak berwujud, suka ditebak kualitas produknya

    Karena sukar ditebak kualitasnya maka perlu kepercayaan yang tinggi dari calon pengguna produk kepada operator atau pembuatnya.

2. Tidak dapat dipisahkan atau selalu bersama dengan tour operator.  saat membeli paket wisata maka operator tetap terkait dengan tempat dan fasilitas dalam perjalanan. Konsumen berakhir setelah mereka menikmati semua komponen dalam paket yang telah disepakati.

3. Tidak tahan lama, selalu terjadi perubahan sesuai dengan perubahan lingkungan bisnis yang terjadi.

4. Heterogenitas.

   elemen maupun komponennya begitu banyak dan rentan dengan perubahan sesuai ketersediaan dan kondisinya.

Berkaitan dengan sifat tersebut di atas prinsipnya jika anda sebagai operator maupun tour planner senantiasa hati hati dalam operasinya. mengapa?

1. Produk paket wisata sangat berorientasi kepada konsumen.

2. Senantiasa berupaya mengurangi kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

3. Tetap memiliki pedoman dalam pemilihan komponen paket wisata untuk mengurangi hiterogintas.

Anda harus memiliki standar tersendiri sesuai dengan pasar konsumen supaya produk tetap diminati.