Sabtu, 16 Maret 2024

Kesimpulan dan Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru Modul 1.1

 


                      Kesimpulan dan Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru Modul 1.1


Kesimpulan

Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan  (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai amggota masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya.

Ki Hajar Dewantara memberikan pemikirannya tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu  hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Peran Pendidik diibaratkan seorang Petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk  kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu  tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.

Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran sekarang, kita harus bekali siswa dengan kecakapan Abad 21. Budi pekerti sebagai  pendidikan karater di sekolah juga harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran yang kita lakukan sebagai guru. Guru harus senantiasa memberikan teladan yang baik bagi siswa-siswanya dalam mengembangkan budi pekerti. Kita juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti/akhlak mulia kepada anak.


Refleksi

Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya percaya bahwa dengan tindakan-tindakan tegas dan menghukum  siswa bisa merubah perilakunya. Tapi perubahan yang terjadi cuma didasari oleh rasa takut dan bersifat sementara, bukan atas kesadaran pribadinya. Saya belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering marah-marah ketika ada anak yang lamban dalam satu pelajaran. Belum banyak memberikan model-model pembelajaran yang  menyenangkan bagi anak.

Setelah mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, pemikiran yang berubah dari saya adalah bahwa saya harus memberikan tuntunan kepada anak didik dengan lebih sabar dan ikhlas, karena mereka masing-masing unik dan berbeda. Tidak perlu memberikan hukuman yang sifatnya tidak mendidik, memberikan teladan agar mereka bisa melihat dan menirunya. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka dengan mencoba berbagai macam model pembelajaran.

Yang segera bisa saya terapkan dari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah tidak memberikan hukuman-hukuman kepada siswa, lebih sabar dalam membimbing, mengenali lebih dalam karakter dan latar belakang siswa (keluarga/lingkungan) dengan menjalin komunikasi dengan orang tuanya, hal ini bisa dilakukan dengan kunjungan rumah atau home visit. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa melalui pemilihan media pembelajaran yang bervariasi baik berupa gambar, video maupun audio, atau pembelajaran yang berbasis permainan (game based learning).

Demikian kesimpulan dan refleksi saya tentang Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara. Terima kasih.

Winardi (A10.05 rekognisi BBGP Jateng)

Jumat, 15 Maret 2024

Refleksi Kritis Pemikiran Ki Hajar Dewantara, Harapan dan Ekspektasi

 

Refleksi Kritis Pemikiran Ki Hajar Dewantara, Harapan dan Ekspektasi

Oleh : Winardi

Refleksi Kritis Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan  (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai amggota masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. 

Filosofi KHD yang kedua berkaitan dengan dasar-dasar pendidikan yang “menuntun”. KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Disinilah peran pendidik sebagai sumber energi yang baik untuk anak-anak. Dalam konsep energi, setiap anak memiliki energinya masing-masing. Sehingga pendidik dapat mengubah bentuk energi tertentu menjadi energi lain yang lebih baik dan bermanfaat.

Konsep pemikiran-pemikiran filosofis KHD ketiga sangat relevan dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang mengiringi kehidupan anak-anak. Artinya pendidikan yang diberikan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan atau potensi anak. Selain itu juga harus mengikuti perkembangan zaman. Sama hal nya dengan perkembangan energi, dari lingkungan kemudian diubah sesuai dengan kebutuhan perkembangan zaman. Pendidik harus mampu memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak pada zamannya dengan memperhatikan potensi dirinya.  Salah satunya dengan menerapkan pendidikan abad ke-21 sesuai konteks lokal (budaya) atau local wisdom di tempat asal seperti budaya “Sedekah Laut ” di daerah Cilacap.

Filosofi pendidikan KHD yang ke empat yaitu tentang Budi Pekerti. budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Proses pendidikan KHD disini menekankan 3 hal utama yaitu melatih panca indra, kehalusan budi pekerti dan kecerdasan. Menurut beliau pendidikan harus seimbang antara cipta, rasa dan karsa. Pengembangan karakter atau budi pekerti tidak dapat tercipta begitu saja, harus melalui pembiasaan-pembiasaan, baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakatnya.

Dari pemikiran KHD dapat dipetik relevansi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara sebagai berikut :

1.  Pendidikan untuk Semua

Ki Hadjar Dewantara memperjuangkan pendidikan yang inklusif dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Hal ini tetap relevan, terutama dalam upaya mengurangi kesenjangan pendidikan di Indonesia.

2.   Pengembangan Potensi Individu

Pemikiran Ki Hadjar tentang pengembangan potensi individu masih sangat relevan. Pendidikan saat ini harus mengakui dan mendukung keunikan setiap siswa, bukan hanya menghasilkan lulusan yang homogen.

3. Pendidikan sebagai Proses, Bukan Hanya Hasil

Ki Hadjar Dewantara melihat pendidikan sebagai proses pembelajaran seumur hidup, bukan hanya tentang hasil akademis. Hal ini sesuai dengan tuntutan zaman saat ini, di mana pembelajaran berkelanjutan menjadi kunci dalam menghadapi perubahan yang cepat.

 

Sebagai guru saya belum sepenuhnya memiliki kemerdekaan dalam menjalan tugas aktivitas sebagai guru,  terutama menyangkut kelembagaan dan regulasi kepegawaian. tetapi dalam hal interaksi dengan murid saya sudah menemukan perubahan pemikiran seperti

Murid bukanlah kertas kosong, melainkan kertas yang masih buram tinta yang tergores di dalamnya. Disinilah peran guru bagaimana menebalkan tinta buram tersebut menjadi tulisan yang jelas terbaca. Artinya, pada hakikatnya setiap murid telah memiliki bekal pengetahuan dan kemampuannya sendiri, namun potensi yang ada tersebut perlu penulis latih dan kembangkan hingga mereka menguatkan kodratnya dengan baik.

Murid yang tidak datang tepat waktu ke sekolah bukan berarti mereka tidak memiliki tekad yang kuat dalam belajar. Disinilah penulis mulai mecoba untuk dapat memahami kondisi murid, apa yang mereka hadapi dan alami dalam kehidupannya, karena peran pendidik tidak melulu tentang mengajarkan materi, melainkan mendampingi setiap proses tumbuh kembangnya laku anak agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Tidak semua murid memiliki kemampuan dan kecepatan yang sama dalam memahami sesuatu. Disinilah penulis mulai mencoba untuk mengelola pembelajaran agar setiap murid dapat melaluinya sesuai dengan kemampuan dan gaya belajarnya, memberi mereka ruang kreativitas belajar yang berbeda, hingga akhirnya mereka menemukan sendiri arti merdeka belajarnya.

Guru bukanlah sumber utama atau satu-satunya tentang pembelajaran. Disinilah penulis mulai mengeksplorasi beberapa sumber informasi yang dapat mereka gunakan. Artinya, pendidik sebagai pamong yang menuntun dan mengarahkan segala potensi yang ada pada diri murid menjadi hal yang akan bermanfaat untuk kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.

Setiap murid memiliki kebutuhan belajarnya masing-masing. Disinilah penulis mulai mencoba memahami apa yang sebenarnya mereka harapkan setelah melalui proses belajar bersama dengan penulis.

Harapan dan Ekspektasi

Setelah mempelajari modul ini berharap kedepannya lebih meningkatkan kualitas diri, menciptakan ide-ide kreatif inovatif, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan melaksanakan pembelajaran berpusat pada murid dan menekan konsep belajar konstektual sehingga murid dapat mandiri dalam kehidupan sehari-hari. Harapan yang ingin saya lihat pada murid yaitu terciptanya kemerdekaan dalam belajar sehingga murid merasa senang, dan bisa bebas memberikan partisipasinya dalam proses belajar. Saya percaya dengan modul ini, perlahan tetapi pasti saya akan bisa berbenah menuju perubahan pembelajaran merdeka belajar, karena perubahan cara berfikir dalam pembelajaran merupakan sesuatu yang kekal dan bisa mengikuti perkembangan jaman.

Beberapa hal atau langkah yang dapat segera penulis segera terapkan di kelas agar mencerminkan pemikiran KHD dengan baik yaitu sebagai berikut:

1.      Melakukan asesmen diagnostik non kognitif dan pemetaan bakat-minat potensi murid.

Hal ini penting karena potensi dan kebutuhan murid belajar yang beraneka ragam. Hasil asesmen dapat penulis gunakan sebagai acuan untuk menentukan strategi pembelajaran yang akan dilakukan, tentunya strategi pembelajaran yang berpihak pada murid.

2.      Menggali ide kreatif dan inovatif dari berbagai sumber.

Penulis harus aktif mencari pengetahuan dan pengalaman belajar untuk meningkatkan kualitas diri penulis sebagai pendidik, sehingga proses pembelajaran yang akan penulis hadirkan di kelas tidak monoton, melainkan sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman murid.

3.      Mendesain dan menjalankan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Pembelajaran yang berpihak pada murid salah satu cara yang akan penulis lakukan yaitu memberikan kebebasan murid dalam menentukan gaya belajarnya, membangun sendiri pengetahuannya, dan secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga murid memahami makna merdeka belajar seutuhnya. Penulis akan berusaha menghambakan diri pada murid. Artinya, melayani setiap kebutuhan belajar murid dengan suci hati dan ikhlas agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

4.      Melakukan evaluasi dan refleksi sebagai upaya perbaikan kualitas pendidikan dan pengajaran.

Hal ini penting penulis lakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari pembelajaran yang dilakukan. Kegiatan refleksi harus penulis lakukan untuk setiap metode pembelajaran yang diberikan, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan murid atau tidak.

Refleksi diri penulis tentang pemikiran KHD diharapkan dapat mendukung terwujudnya Visi SMK Negeri 1 Cilacap Mewujudkan Lulusan Berprofil Pelajar Pancasila, Unggul, dan Berdaya Saing Global serta Berwawasan Lingkungan. Melalui implementasi pemahaman pemikiran KHD akan dapat menciptakan budaya pembelajaran yang positif sebagai karakter diri yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, menggali kreativitas dan inovasi guru dan murid dalam berproses baik bersama sehingga memunculkan jiwa kompetitif yang berani unggul mengembangkan segala potensi dirinya.

 

 

Daftar Pustaka :Rafael, Simon P. (2022). Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.


Selasa, 12 Maret 2024

MARS SMKNEGERI 1 CILACAP


MARS SMK  NEGERI 1 CILACAP

Tekad terpatri terukir di sanubari
Mengabdikan diri untuk negeri
Membentuk budi pekerti dan berprestasi
Trampildan berdaya saing tinggi 

Beriman bertakwa menjadi landasan
Berjiwa wirausaha peduli lingkungan 
Kemajuan zaman adalah tantangan 
Wujudkan masa depan gemilang

SMK NEGERI 1 CILACAP 
Mendidik insan cerdas professional 
Menyiapkan tenaga kerja yang handal
SMK NEGERI 1 CILACAP
Melangkah pasti menggapai harapan 
Berkiprak nyata dalam pembangunan